A Young Man
Ketika layar ponselnya sudah meredup, Tama memindahkan satu lengannya untuk berada di atas kepala, menghalau cahaya memasuki netra miliknya yang terasa amat berat.
Tidak ada yang terasa benar baik hari ini maupun hari kemarin.
Semua yang dia rencanakan, semua yang dia susun di otaknya, semua yang dia yakini akan berjalan sesuai ekspeksi, nyatanya berada di ambang kehancuran.
Perjanjiannya dengan Tuan Besar Naratama terlepas, Tama mengakui kalau dirinya tidak lagi mampu memikul hal itu.
Adara... terlalu gila untuk dilawan.
Kalau ditanya soal adiknya itu, Tama akan dengan lantang menjawab kalau dia lebih memilih untuk tidak mengenal sosok itu. Kehadiran Adara dalam hidupnya sewaktu umur 18 tahun sudah cukup menghancurkan hidupnya, dan selama dua tahun, Tama mengembang tanggung jawab untuk menjadi penjaga gadis itu. Mengatur jadwal pengobatannya, membuat janji pada beberapa dokter kejiwaan, memastikan gadis itu meminum obat dengan benar.
Bahkan membuat dirinya harus menghadapi hal lebih gila saat Adara menyatakan perasaan padanya.
Semua hal terasa berat, sangat.
Awalnya, kala papa menawarkan perjanjian itu padanya, Tama hanya termotivasi menerima sebab tergiur pada angka 30% yang akan dia terima. Well, angka itu akan membuat dirinya terbantu di masa depan. Tapi sejak punya Ageeta, Tama mulai menyusun rencana masa depannya dengan lebih terarah. Bertanya pada beberapa orang yang dia kenal soal properti dan tipe rumah, dan hal lain yang berkaitan dengan masa depan.
“Dulu waktu kecil, aku pengen banget punya rumah yang ada taman bunga lilac sama baby's breath di bagian depan. Aku juga pengen punya rumah yang ada sunroom, biar nanti kalau punya bayi, aku bisa ngajak dia sun bathing di situ.”
Tama ingat kala itu Ageeta sedang berbaring di sisinya, tangan kanannya terangkat dan menggambar pola abstrak di udara. Tama ingat tiap baitnya, dan sejak hari itu dirinya yakin kalau dia punya satu keinginan.
Ageeta, rumah dengan taman bunga dan sun room, serta dirinya.
Cukup dan tidak ada hal lain.
Sayangnya, mimpi satu itu mungkin tidak bisa dia capai. Tama kehilangan Ageeta lebih awal.
Dunia seakan tidak bisa mencukupkan diri dengan membuat keluarganya tidak utuh. Orangtua bercerai, Johnny dan Kinara yang sempat dia anggap tempat bersandar juga ikut hancur karenanya, dan sekarang Ageeta.
Menghela napas berat dan menyelesaikan lamunan panjang, Tama bergegas bangkit dari tempat tidur. Kepalanya tertoleh kala notifikasi pesan masuk muncul dari ponselnya. Nama Yudhistira tertera di layar, menampilkan sebuah pesan singkat yang membuatnya langsung berlari keluar daei unit apartemennya, bertujuan untuk sesegera mungkin mencapai rumah sakit tempat Ageeta dirawat.
From : Yudhis Ageeta siuman
-