Catatan Satu – Dari Jeandra
Ini hari Selasa, tolong ingatkan saya kalau ini adalah Selasa pertama yang saya jalani tanpa melihat Anindia sejak pernikahan kami.
Saya merasa hilang.
Sejak tadi sore ketika terakhir kali saya melihat tubuh mungil milik Anin memasuki mobil milik Papanya, saya mulai merasa ada yang hilang dari diri saya. Rasanya, kedua tangan dan kaki saya tidak bisa berhenti bergetar. Saya tidak punya kemampuan untuk menggenggam tangan sendiri dengan benar, atau berdiri terlalu lama sebab tumpuan pada kaki saya seakan melemah.
Saya pernah berjanji untuk tidak menangis karena saya laki-laki. Ibun tertawa kencang saat saya mengatakan hal itu, tapi janji itu saya pegang hingga detik ini.
Namun ketika menyadari sepenuhnya kalau Anindia tidak lagi dapat saya raih dengan kedua tangan, saya melanggar janji itu. Saya menangis, entah apa namanya itu, tapi yang pasti saya menemukan jejak basah dan bekas sesak yang masih terasa di dada bagian kiri.
Kepala saya mulai memikirkan banyak skenario dengan harapan kalau saya bisa memiliki Anindia lagi. Tapi kemudian, ingatan soal Ibun yang menangis kencang dan berteriak histeris membuat saya kembali menggeleng keras. Saya...tidak bisa mendapatkan Anindia jika taruhannya adalah Ibun.
Saya masih bisa hidup tanpa Anindia walau harus merangkak, tapi saya tidak bisa hidup kalau Ibun yang pergi. Wanita itu memegang posisi terlalu penting dalam hidup saya, jadi kalau saya harus memilih satu antara mendapatkan Anin lagi atau terus melindungi Ibun sampai akhir, Ibun-lah yang jadi pemenang.
Semuanya terasa benar namun juga tidak benar di saat yang bersamaan. Seperti yang saya lakukan sudah terasa tepat, tapi sakit yang saya dapat seakan memperingatkan kalau ada yang salah dari yang saya coba usahakan agar melekat.
Melepaskan Anin terasa melegakan namun juga menyakitkan di saat yang bersamaan. Getar yang saya rasakan di seluruh tubuh belum kunjung hilang, keringat dingin juga datang serta-merta dan membuat saya merasa semakin sakit.
Entah apa inti dari catatan ini, saya bahkan tidak dapat menemukan kata yang tepat untuk dipakai sebagai penyimpul dari semua kalimat. Ini adalah Selasa, hari pertama catatan saya dibuat. Tolong ingatkan saya, kalau di hari ini, saya kehilangan bagian berharga dari diri saya demi menyelamatkan bagian dari diri saya yang lain. Tolong ingatkan saya.