Dari Yudhistira
Selama hampir tiga tahun mengenal sosok Baskara Naratama, yang terpikir oleh Yudhis tiap melihat presensinya adalah gelap. Tama dan cerita tentang dirinya itu gelap, Yudhis bahkan tidak bisa melihat seberkas warna lain selain mendung dan kelabu pada kehidupan Tama.
Awalnya Yudhis kira, akan sangat sulit memecah keheningan jika berada di dekat Tama. Sebab dalam sekali lihat, dia bisa menyimpulkan bahwa lelaki itu tidak suka banyak bicara. Berbanding terbalik dengan dirinya ataupun Jevian yang suka mengomentari hal-hal sederhana dan suka bercanda.
Singkat cerita, Tama, Jevian, dan Yudhis itu teman satu kelompok pada saat ospek waktu jaman mahasiswa baru. Waktu itu mereka diminta membentuk kelompok yang isinya 10 orang, terdiri dari tiga lelaki dan sisanya perempuan. Karena mereka bertiga berdiri berdekatan, jadilah ketiganya memilih untuk berada di dalam kelompok yang sama. Sebetulnya karena Yudhis malas untuk bergerak hanya untuk mencari kelompok, ditambah lagi tampaknya maba perempuan malah kegirangan sebab tiga orang paling most wanted (kata Yudhis tiga, kata Jevian cuma dua dan Yudhis tidak termasuk) seantero Prodi Teknik Sipil berada di satu kelompok.
Sejak itu, mereka jadi sering bertemu secara tidak sengaja. Ditambah, ketiganya berada di kelas yang sama dan selalu memilih mata kuliah dengan dosen yang sama. Ketiganya selalu bersama sampai sekarang, bukan dalam artian selalu berada dalam jarak dekat setiap hari, tapi lebih kepada saling menjadi andalan dan sepertinya seluruh warga fakultas tahu pasal ini.
Di tahun pertamanya mengenal Tama, Yudhis masih berprinsip bahwa Tama tidak punya warna dalam hidupnya. Tama itu monoton, banyak diam, dan tidak suka basa-basi. Maka dari itulah, dia dan Jevian sampai mengira Tama diberi guna-guna oleh Ageeta kala kedua orang itu dikabarkan dekat sampai berujung resmi berpacaran.
“Tapi lo sadar ngga, sih? Tama tuh jadi jarang nyebat sejak sama Ageeta.”
Itu kata Jevian lebih dari setahun yang lalu. Tepat saat mereka berdua memerhatikan Tama yang memberikan seluruh atensi dalam diam kepada Ageeta yang tengah bercerita dengan antusias.
Yudhis setuju dengan itu.
Tama punya setidaknya satu warna dalam kesehariannya sejak kehadiran Ageeta.
Terlepas dari perasaan yang dia miliki pada gadis itu, Yudhis tahu kalau dua orang itu saling bersandar satu sama lain. Bedanya, Ageeta dengan terang-terangan mengatakan kalau Tama punya dirinya sebagai tempat pulang. Sedangkan Tama lebih memilih untuk berjalan di belakang gadis itu, memerhatikan langkahnya dalam diam dan menjadi orang pertama yang menyambutnya kala jatuh.
Maka, saat hari ini Tama mengajak dirinya, Jevian, dan Haikal untuk bicara secara langsung mengenai permasalahan yang ada, Yudhis yakin kalau temannya itu tidak sepenuhnya diam dan berpangku tangan.
Ada pergerakan besar yang dia lakukan tanpa siapa pun tahu. Sebab Yudhis kelewat paham, kalau Baskara Naratama lebih memilih untuk menyelesaikan segala hal sendiri tanpa melibatkan siapa pun, terlebih jika urusannya menyangkut soal Ageeta.