Day 10 of 180 Days
“Alright, let's start over again. Ayo mulai dari awal, let me give you the six months you want.“
Pada akhirnya, tak ada yang mampu Jean lakukan selain menerima semua yang Anin minta. Yang bisa Jean berikan hanya sebuah anggukan, sebab menyaksikan Anindia menahan diri agar tangisannya tidak pecah berserakan adalah hal yang ternyata lebih menyakitkan daripada apapun.
Pada akhirnya, Jean menyadari kalau menghindari Anin hanya karena tidak ingin merasakan sakit yang terlalu dalam ketika mereka berpisah adalah bentuk keegoisan yang tanpa sadar dia letakkan di atas kepala. Berusaha menjaga dirinya sendiri agar tak terjerumus dalam lembah penderitaan sedangkan yang dia lakukan selama ini adalah memberi Anindia rasa sakit yang tak berujung, Jeandra yang brengsek dan egois nyatanya bukan hanya sekedar kalimat.
Jadi pada akhirnya, yang dapat Jean lakukan untuk menebus semua luka yang ia goreskan dalam hidup Anin adalah memberi enam bulan yang Anin inginkan. Bersikap layaknya pasangan bahagia dan membiarkan Anin mendapatkan sesuatu yang sudah menjadi haknya, meski hal itu berarti Jean harus bersiap jatuh cinta satu kali lagi dan berakhir mengenaskan karena setelah enam bulan berlalu, Anindia bukan lagi miliknya.
“Mau tidur sekarang?”
Hari ini adalah hari pertama setelah percakapan mereka kemarin. Setelah percakapan yang membuatnya sampai harus memeluk Anin dalam waktu yang lama untuk mencari bantuan agar jantungnya berhenti berdetak terlalu kencang dan membuatnya merasa nyeri di bagian sana.
Kedua orang itu kemudian memutuskan untuk menata ulang hidup mereka. Langkah pertama adalah dengan memindahkan seluruh barang milik Anin ke kamar utama yang Jean tempati. Tidur di ranjang yang sama dan berbagi selimut menjadi hal pertama yang mereka putuskan untuk hari ini.
Anin mengangguk pelan mendengar tawaran Jean, mata bulatnya pun telah menyipit menandakan bahwa kantuk memang sudah menghuni jiwa. Jean yang menyaksikan hal itu terkekeh pelan, dia tahan dirinya agar tidak melandaskan sebuah cubitan gemas di pipi yang sekarang terlihat sedikit lebih berisi milik Anin.
“Sebentar, aku benerin bantalnya dulu.” Jean bergerak membenahi bantal sebelum dirinya benar-benar tidak dapat mengatur diri dan berakhir memberi Anin sebuah cubitan di pipi. Selesai dengan urusannya, Jean kemudian menepuk bagian bantal yang kosong, meminta Anin untuk perlahan berbaring di sebelahnya dan memejamkan mata.
“Susunya udah diminum?” tanya Jean.
Anin mengangguk. “Sebelum masuk kamar tadi udah sekalian minum susu,” jawabnya dengan kedua mata yang semakin menunjukkan tanda akan tertutup rapat. Jean mengangguk paham, kemudian meletakkan satu tangannya di puncak kepala Anin dan bergerak memberikan sebuah elusan halus di sana.
“Tidur aja, nanti aku nyusul abis ngerjain file buat meeting besok.”
Namun Anin yang masih memiliki sedikit kesadaran yang tersisa meraih tangan Jean dan membuat Jean yang sebetulnya hendak bangkit dari tempat tidur seketika berhenti.
“Mau peluk,” ucapnya.
Jean terdiam. Gerakannya total berhenti dan jantungnya kembali menggema gila-gilaan. Otaknya menolak keras, namun gerakan tubuhnya berkhianat dengan langsung ikut berbaring di samping Anin dan membawa tubuh mungil wanita itu ke dalam sebuah pelukan. Satu tangan Jean letakkan di bawah kepala Anin sebagai pengganti bantal, sedangkan tangan lainnya dia gunakan untuk melingkari pinggang Anin dan menjaga tubuh mungil itu agar tetap berada dalam jangkauannya.
“Tidur,” ucap Jean sekali lagi.
Tak ada jawaban dari Anin. Yang saat ini terdengar hanyalah suara napasnya yang mulai teratur dan gema jantung milik Jean yang mampu dia dengar dengan telinganya sendiri. Anin bergerak pelan dan mendekatkan tubuhnya sehingga Jean dan dirinya tak lagi berjarak. Kepalanya bersandar nyaman di dada Jean, seolah mencari perlindungan di sana dalam lelapnya.
Namun ternyata, saat Jean mengira kalau wanita itu sudah benar-benar jatuh tertidur, Anin masih menyempatkan diri mengatakan sebuah kalimat dengan suara samar yang masih dapat Jean tangkap dengan jelas.
“Kemana perginya hangat yang dulu aku rasain tiap meluk kamu ya, Je? This hug feels so cold but the baby wants this.“
Nyatanya, Anindia benar-benar menyerah dan Jean tidak bisa melakukan apapun atas itu.