Home, Maybe

“Lagi ngapain?”

Itu suara Jeandra, berat nan serak menggaung di telinga Anin kala dirinya tengah berdiri di hadapan lemari pendingin yang terbuka lebar. Anin menoleh sejenak, matanya menangkap gerakan tangan lelaki itu menyugar rambutnya yang sedikit berantakan, mengarahkan surai tebal nan halus itu ke belakang sebelum kemudian melangkah mendekat.

Sejenak, Anindia terpanah. Jeandra di pagi hari ternyata jauh lebih membahayakan jantung daripada yang pernah dia kira.

“Anin?” Tegur Jean sekali lagi, hingga akhirnya membuat gadis itu tersadar dari sesatnya selama beberapa detik itu. Anin kembali membawa pandangan ke arah lemari pendingin di hadapannya, berusaha menyembunyikan rona merah muda yang perlahan merambati wajah.

“Nyari mayonnaise,” jawabnya. Jeandra mengangguk paham. Lalu dalam diam, lelaki itu melangkah semakin dekat, dan dalam satu gerakan merangkum surai miliki Anindia ke dalam genggaman tangannya.

Gerakan Anin berhenti total.

I told you, rambut kamu bagusnya diiket aja.”

Anin kehilangan kemampuan mengolah kalimat seketika, sebab detik berikutnya, Jeandra membuat gerakan pelan dan membentuk rambutnya ke dalam satu ikatan sederhana dengan sebuah kuncir hitam yang dia ambil dari kamar. Napasnya tertahan, Anindia bahkan tidak mengerti mengapa tubuhnya bereaksi semacam ini hanya untuk gerakan sesederhana itu.

Lalu detik berikutnya, saat napasnya masih tercekat dan lidahnya masih belum menemukan kemampuan untuk mengobral kata, Anindia kembali dikejutkan dengan tangan Jeandra yang melingkar di pinggangnya.

Jean merengkuhnya, sampai tubuh mungil miliknya terangkum sepenuhnya dan Anin merasa tenggelam dalam dekapan bahu lebar milik Jean. Pelukan itu datang terlalu tiba-tiba, Anin bahkan gagal memikirkan soal mengapa perubahan sikap Jeandra tidak membuatnya heran.

Kemudian saat rengkuhannya semakin erat dan Anin semakin tidak dapat mengontrol pasokan oksigen yang masuk ke paru-parunya, bisikan pelan Jean masuk ke telinga kanannya. Halus, namun penuh penekanan sebab suara berat nan serak itu berjarak terlampau dekat dengan sumber rungunya.

Breath, Baby.

Anin tidak pernah tahu kalau Jeandra di pagi hari, akan sangat merepotkan hati.