New Comer
Anin dengan terburu-buru bersiap berlari menuju ruang pimpinan rumah sakit, langkahnya ia percepat sebisa mungkin. Masalah seperti ini sebetulnya jarang terjadi, tapi tidak menutup kemungkinan bisa sewaktu-waktu datang tanpa bisa dia kendalikan.
Menurut Raihan, ada seorang pasien yang datang sore ini, luka di kepalanya menyebabkan sebuah operasi kecil harus dilakukan untuk mengeluarkan serpihan kaca dari sana. Kecelakaan terjadi, lukanya tidak terlalu dalam namun tetap memerlukan prosedur bedah dilakukan.
Anin tidak bertugas hari ini, jadwalnya kosong hingga sore dan tidak mengharuskannya untuk berada di lingkungan ruang UGD. Tapi keberadaan Karin membuatnya harus menetap dan memastikan gadis yang lebih muda darinya itu baik-baik saja atas permintaan Jeandra.
Maka saat dirinya mendengar kabar dari Raihan barusan, kakinya dengan segera berlari menuju ruang direktur rumah sakit, jantungnya berdegup kencang sebab ia bawa berlari dan rasa gelisah menguasainya.
Prosedur anestesi salah diberikan, sampai membuat pasien yang umurnya masih lumayan belia tersadar di tengah operasi yang belum selesai.
Anestesi adalah tindakan untuk membantu pasien tidak merasa sakit selama prosedur medis dilakukan. Anestesi sering juga disebut sebagai bius dan dapat diberikan melalui berbagai cara, mulai dari disuntik, dihirup, hingga dioles. Obat yang digunakan selama proses anestesi akan membuat saraf mati rasa untuk sementara waktu.
Anin paham kalau dokter juga manusia, tapi seharusnya kejadian seperti ini bisa diminimalisir kejadiannya. Dalam keadaan sedarurat apapun, anastesi tetap harus diberikan dengan pertimbangan dosis yang pas agar tidak menyebabkan hal semacam ini terjadi. Pasien terjaga dan harus merasakan sakit yang teramat sebab efek obat bius yang perlahan menguap.
Dalam hatinya, Anin tak henti-henti mengucap nama Tuhan. Memohon pertolongan agar dampak dari kejadian ini tidak terlalu besar. Sebab walaupun keadaan pasien sekarang terpantau stabil, Anin tetap tidak bisa membayangkan makhluk kecil itu menahan sakit di tengan prosedur operasi namun tidak dapat melakukan apapun selain menatap langit-langit ruangan.
Sampai kakinya kemudian sampai di depan ruangan besar tempat meeting biasa dilakukan, Anin mengatur napas sejenak. Tubuhnya tertunduk, berusaha menstabilkan gemuruh dadanya yang tak beraturan.
Lalu saat kakinya hendak melangkah masuk, ia tertahan oleh suara berat seseorang lain di belakangnya. Kepalanya tertoleh, dan menemukan sesosok lelaki dengan jas putih tersampir di pundak. Matanya menatap dingin, seakan menyalahkan Anin atas apa yang ada di pikirannya.
“Jadi ini wajah dokter ngga bertanggungjawab yang bikin anak sekecil itu harus nahan sakit di tengah operasi?”
Suara lantang itu terdengar tidak mengenakkan hati. Anin memandang sosok di depannya dalam diam, napasnya masih memburu.
dr. Aksara Restupati, Sp.B
Nama itu dia lihat pertama kali. Hingga kemudian, lelaki itu melangkah masuk dan mendahuluinya, meninggalkan Anin dengan napas yang masih memburu dan dada yang bergerak naik-turun.