Sedikit Soal Masa Lalu

Suara derit pintu membuat Anindia menolehkan kepala seketika, dirinya yang sedari tadi menopang dagu dengan kedua tangan langsung bangkit demi melihat sosok Hema yang tengah bergerak menutup pintu di belakang tubuhnya.

Tangan lelaki itu penuh dengan kantong plastik yang Anin yakin berisi makanan dan dua cup kopi sesuai dengan pesan Hema padanya. Anin mengembangkan senyum, menyambut Hema yang berjalan ke arahnya dengan gerakan menyodorkan plastik itu padanya.

“Gue ngga tau lo sukanya apa, tapi tadi gue mesen grilled salmon. Ngga apa-apa, kan?” tanya Hema di ujung kalimatnya.

Anin tersenyum simpul dan mengangguk sebelum berkata, “Ngga apa-apa banget, malah saya makasih banyak kamu udah mau repot bawa makanan.”

Hema meletakkan plastik berisi makanan itu di atas meja, disertai cup kopi miliknya dan Anin.

“Lo lagi ngerjain apa?”

Anin menoleh, kemudian tatapannya beralih melirik tumpukan dokumen di atas mejanya, cukup berantakan dan menari perhatian, maka wajar kalau Hema langsung bertanya perihal itu.

“Laporan akhir bulan, kemaren waktu ambil cuti pernikahan saya tinggal berhari-hari jadi numpuk begini.”

Hema mengangguk, dia kemudian memaku tatap pada Anin cukup lama. Memerhatikan bagaimana jemari mungil milik gadis itu bergerak lincah memeriksa lembar demi lembar kertas di hadapannya.

“Makan dulu, lo dari siang ngga makan, kan?”

Anin kembali mengangkat kepala, sejenak menimbang-nimbang usulan Hema untuk memulai makan malamnya. Lalu detik berikutnya, gadis itu mengangguk pelan. Tangannya mulai bergerak meraih plastik makanan di meja dan membuka satu persatu kotak karton tipis yang menjadi wadah. Hema menyimak dalam diam, berusaha menahan diri untuk tidak maju dan spontan membantu Anin yang tampak kesusahan membuka ikatan kencang di bagian atas plastik.

Raut wajah Anin tampak lelah, Hema menangkap itu sejak pertama kali melangkahkan kaki ke dalam ruangan bernuansa putih kapas ini.

Dunia udah sejahat apa sama lo, Nin?

Begitu kira-kira yang muncul di benak Hema. Melihat Anindia dengan raut wajah lelah membuat Hema tanpa sadar mengelus dada kirinya tidak nyaman, ada rasa nyeri yang timbul di sana saat menyaksikan bagaimana senyum kecil akhirnya muncul di ujung bibir Anin kala plastik berhasil ia buka.

Senyum itu, senyum yang dulu selalu Hema lihat terpatri di kedua sudut bibir Anin, sekarang sudah amat langka kehadirannya.

Kemudian saat nama Jeandra terlintas di kepalanya, Hema menggenggam tangannya sendiri kelewat erat. Dalam diam menyumpah-serapahi Jeandra melalui kepalan tangannya yang kian mengeras.

“Hema?” Hema pada akhirnya tersadar dari pikirannya sendiri.

“Iya?”

Beberapa wadah makanan ternyata sudah tersusun rapi di atas meja, Anin menyusun kotak demi kotak karton serapi mungkin, bahkan sendok dan sumpit sudah tertata sedemikian rupa di sana.

Lo ternyata masih serapi dulu, ya? Pikir Hema lagi-lagi dalam kepalanya sendiri.

Anin memberi sinyal pada Hema untuk duduk di hadapannya, gadis itu lalu menyerahkan sendok dan sumpit pada Hema, bermaksud agar dia ikut menikmati makan malam bersama Anin.

“Saya ngga akan bisa abisin sebanyak ini. Kamu ikut makan, ya?”

Hema mengangguk pelan sebelum akhirnya mendudukkan diri di sana dan mulai meraih satu grilled salmon yang tadi dia bawa. Mereka makan dalam diam, Anin hanya beberapa kali berkomentar soal rasa salmon yang menyapa lidahnya. Wajahnya tampak kagum, hal itu mengundang Hema untuk tersenyum singkat dan menawarkan beberapa potong ikan lagi pada Anin.

Sampai akhirnya, Hema membuka mulutnya dan mengudarakan kalimat yang membuat gerakan Anin terhenti total. Kunyahannya ia tahan dan napasnya seketika terasa sulit untuk di atur.

“Gue sebenernya bawain grilled salmon karena inget dulu Jean sering banget bawain lo itu. Makanya pas tadi ke restonya, gue langsung pesen itu.”

Tidak ada reaksi dari Anin, gadis itu malah melanjutkan kunyahannya lamat dan menatap Hema.

“Saya... ngga inget apa-apa soal itu.”

Hema tertawa pelan, ada ringisan di ujung bibirnya. Lelaki itu kemudian meminta Anin untuk melanjutkan makannya yang tertunda.

Sampai kapan lo bakal pura-pura lupa soal kalian yang dulu?

-