Someone

“Anindia!”

Anin langsung mengangkat kepalanya tatkala suara lantang yang amat familiar terdengar di rungunya. Senyum mengembang, kedua sudut bibirnya terangkat secara spontan tanpa ia pinta. Di sana, Jeandra keluar dari mobil hitam miliknya dengan langkah terburu-buru, bahkan tanpa hati-hati berlari ke arah Anin tanpa mempertimbangkan jika di sekitarnya tengah ramai oleh kendaraan lain.

“Kamu ngebut?” tanya Anin saat sadar kalau peluh menetes cukup banyak di dahi Jean. Napas lelaki yang lebih tinggi darinya itu berantakan, amat kentara jika dia mengejar waktu demi sampai ke sini.

“Iya, takut kamu ada apa-apa. You okay?

Anin mengangguk pelan.

“Masuk mobilku dulu, I have to call the repairmen. 10 menit lagi kita pulang.”

Tanpa bantahan, Anin kemudian melangkah menuju mobil Jean, tubuhnya masuk ke dalam sana dan meninggalkan Jeandra yang sekarang sibuk membuka ponsel. Tangan lelaki itu mengotak-atik layar, kelihatan sebal karena montir yang dia hubungi merespon cukup lama. Sampai dua menit kemudian, dia mulai berbicara lancar dengan seseorang di seberang sana.

Jean menjelaskan bagian kerusakan pada mobil milik Anin, mendeskripsikan kalau ada sebuah paku berukuran cukup besar yang menancap lurus di salah satu ban belakang mobil. Tak lupa menyebutkan alamat lengkap tempat mereka menunggu, hingga akhirnya menutup sambungan telepon setelah mengucap terima kasih.

Tapi saat hendak menghampiri sosok Anin yang tengah menunggu di dalam mobil, Jeandra terhenti karena sebuah mobil lain menyita perhatiannya.

Bukan, bukan mobilnya.

Lebih tepatnya, seseorang di balik kemudi yang memerhatikan dirinya. Atau mungkin, memerhatikan Anin yang wujudnya terlihat sebab kaca jendela diturunkan hingga habis oleh gadis itu.

Wajahnya tidak terlalu jelas, ditambah Jean punya sedikit kesulitan dalam melihat objek jauh. Maka memastikan wajah itu jadi cukup sulit.

“Jean, udah?”

Suara halus milik gadis mungil di seberangnya membuat Jean tersentak. Dia kemudian mengangguk dan melangkah menuju Anin, namun sesekali tetap melirik ke arah mobil yang terparkir cukup jauh dari tempatnya berdiri itu.

“Kamu kenal orang itu ngga?”

Anin mengerutkan dahi kala pertanyaan itu terlempar padanya.

“Mana?”

“Itu, yang mobil hitam di situ.”

Sayang, kaca mobil di sana sudah tertutup rapat. Jean mengerjap bingung, lalu menggeleng pelan ke arah Anin.

“Ngga jadi, aku salah liat kayanya. Ayo pulang, mobil kamu nanti diderek dari sini, besok pagi udah selesai.”

Pagi itu, kepala Jeandra penuh oleh wajah samar yang dia lihat beberapa menit lalu. Rasanya tidak asing, tapi dia tidak tahu pasti. Wajah itu seperti sudah beberapa kali dia lihat, bahkan dalam beberapa waktu belakangan. Tapi sepertinya, ingatan miliknya terlalu dangkal sampai mengingat hal sesepele itu pun terasa amat sulit.