Talk
“Halo—”
“Je, aku tadi baru mau nelpon Aksa. Matiin dulu ya? Nanti kuhubungin lagi kalau udah ngobrol sama dia.“
“Anin, denger dulu.”
“Nanti kutanya dulu soal keadaan Karin yang sebenernya gimana, biar kamu bisa pulang—“
“Aksa bakal jawab sama kayak yang aku bilang tadi, Sayang. Aku tadi ketemu Aksa dan dia jelasin itu.”
“Kamu salah orang, kan? Mungkin yang tadi jelasin ke kamu itu anak baru, wajar kalau mereka salah ngasih informasi, mereka masih baru. Udah dulu ya, aku mau nelpon Aksa dulu biar kamu bisa pulang.“
“Aku ngga akan pulang.”
“Kamu... apa?”
“Aku ngga bisa pulang, someone is fighting for her life inside, she needs me.“
“Je...”
“Anindia, kamu dokter. Harusnya urusan begini kamu lebih paham daripada aku. Tapi kenapa yang kali ini ngga?”
“Karena ini Karin!”
“Oke, tahan. You don't have to raise your voice, Baby, relax.“
“Karin bisa aja bohong lagi. Kalau dia ternyata cuma pura-pura kecelakaan lagi, aku bener-bener ngga habis pikir.”
“Wow-wow, hold on. Karin beneran kecelakaan, oke?”
“Darimana kamu yakin?”
“Kubilang tadi, Aksara yang kasih tau. Jadi percuma kalau kamu telpon dia sekarang, jawabannya bakal persis.”
“Jeandra, ini Karin. Dia bisa lakuin banyak hal.”
“Kamu ini sebenernya kenapa?”
“Aku cuma takut...”
“Ngga perlu takut, Karin bener-bener kecelakaan. Udah dulu ya?”
“Je, tolong pastiin dulu. Karin itu manipulatif, dia bisa aja—”
“Cukup, you're being too much.”
“Je—”
“Udah, end of convo. Gotta be there for her.“
“Bisa ngga sekali aja kamu dahuluin aku daripada dia?”
“Anindia, udah.”
“Sekali aja, bisa ngga?”
“Aku ngga mau debat soal ini, oke? Udah ya.”
“You just never choose me over her, that sucks.”
“Anin—”
“What did that little whore do to you?”
“ANINDIA.”
“Denger, Karin lagi sekarat di dalam dan bisa-bisanya kamu ngomong begini? Nyawa dia hampir melayang, aku ngga tau kamu kenapa sampai bisa mikir begitu. End of this, don't talk to me, sampai kamu sadar kesalahan kamu hari ini apa.”