The Death Do Us

“Ageeta.”

Ageeta langsung menoleh kala suara lembut milik Kinara menyapa rungunya. Gadis di belakang kemudi itu tampak gelisah, tidak seperti Kinara Larasati yang tenang seperti biasa.

“Rara kenapa?” tanyanya dengan kedua alis terangkat.

Girl, listen. Kalau ada apa-apa terjadi, aku bakal banting setir ke kanan, yang artinya benturan bakal lebih banyak ke arah aku. You gotta be safe, Gee.”

Ageeta semakin kebingungan dengan sederet kalimat itu.

Now, can you do me a favor?

Ageeta tanpa ragu mengangguk, entah bagaimana. Padahal kepalanya masih dipenuhi pertanyaan seputar sikap Kinara yang aneh.

“Aku tau kamu lagi marahan sama Bas, tapi sekarang bisa kamu unblock nomer dia?”

“Kamu... kenapa manggil dia Bas?”

Kinara tersenyum miris. “I used to call him that way, as well as Johnny.”

“Kamu... kenal Tama?”

Kinara mengangguk pelan sambil masih berusaha memfokuskan diri pada kemudi.

“Bas pasti punya banyak cerita yang dia mau bagi sama kamu. He's just too scared that you'll leave him all alone setelah kamu tau beberapa hal soal dia.”

“Ageeta,” sambung Kinara sebelum kembali melanjutkan pertanyaannya.

Those feelings are still existing for him, right?

Sekali lagi, Ageeta mengangguk pelan.

All right, sekarang lakuin yang aku minta demi rasa yang kamu masih punya itu.”

“Apa?”

“Kalau sesuatu terjadi sama kita, call him immediately. Save yourself, dan jangan pikirin aku.”

Usai kalimat itu, Ageeta hendak membuka mulut untuk menyanggah.

Sayangnya, gadis itu terhenti lantaran suara ledakan besar terdengar dari kap mobil bagian depan.

Detik berikutnya, yang Ageeta ingat terakhir kali adalah mobil yang mereka tumpangi terpelanting menuju badan jalan dan menabrak pembatas beton. Ageeta terlalu terkejut untuk merasa panik. Rasanya seluruh dunia berputar tepat di depan matanya. Yang dia tahu, Kinara benar-benar membanting setir ke arah kanan.

Dan seumur hidupnya, Ageeta tidak pernah merasa seputus asa ini.

Tangannya berusaha menggapai ponsel yang terjatuh di bagian bawah kursi penumpang. Dia harus menghubungi Tama sebisa mungkin

Depan rumah makan padang, Jalan Kapitan Patimura

Sayang, kalimat itu tidak sempat tersampai sebab Ageeta terlanjur melihat kegelapan menghitam di depan matanya.

Gadis itu tidak sadarkan diri.