The Plan
“What did you do?“
Itu Jeandra, lelaki itu membawa Karin menjauh dari kerumunan saat semua orang sibuk meminta penjelasan Anin mengenai apa yang barusan terjadi. Tangannya membantu Karin untuk berdiri, Jean tidak berbohong waktu dia meneriakkan nama Karin dengan penuh nada khawatir. Karin masih belum pulih, dia takut kalau luka gadis itu kembali terbuka.
“Bikin dia jauh dari kamu,” jawab Karin dengan senyum sumringah di wajah. Mereka berdua berada di sebuah ruang kosong yang berada di koridor berlawanan arah dengan ruangan Anin, kecil kemungkinan akan ada yang melihat mereka berbincang.
“Ngomong yang jelas, Karinina.” Jean mengeraskan rahang. Senyum Karin membuatnya sadar kalau ada yang tidak beres, Karin baik-baik saja.
Karin berdecak sebal, bola matanya terputar malas. “Aku bantu kamu biar dia benci sama kamu, so that you can do the divorce agreement very soon.”
“What did you do, Karinina? jawab yang jelas.”
“I took one of her life, the one she couldn't live without.“
Karin melanjutkan, “Aku bikin dia kehilangan sesuatu yang paling dia cinta selain kamu, pekerjaan dia.”
Jean menegang. Dia tahu kemana arah pembicaraan mereka, dia paham. Napasnya tertahan. Kalimat yang tadi dia ucapkan pada Anin mengenai Anin yang membuatnya malu sebagai suami dan sebagai pemilik rumah sakit kembali terputar, dia sadar kalau sekali lagi, Anin kembali tersakiti.
“Kenapa harus begini, Karin?” Jean mendesah frustasi. Tangannya menjambak helai surainya hingga berantakan, kepalanya mendadak sakit.
“Kamu kira aku bakal repot-repot main fisik dengan mukulin dia beneran? Yang bener aja, Je. Aku masih lemes buat lakuin itu, kamu juga udah kubilang kalau aku bakal pakai fisik dikit, kan?”
“Tapi ngga gini caranya, Karin.”
“Terus gimana?!” Suara Karin mulai meninggi. Gadis itu tampak jengah, kekesalan mulai memuncak dilihat dari raut wajahnya.
“Nunggu kamu gerak sendiri, gitu? Yang ada, kamu bakal ninggalin aku terus balik lagi ke dia.”
“Ngga akan begitu kalau kamu percaya aku, astaga, Karin.”
Jean hendak kembali mengudarakan kalimatnya, lelaki itu hendak kembali melempar argumen, namun kedua netra Karin tampak berkaca-kaca dan hal itu membuat Jean berhenti.
“Aku cuma punya kamu, Je. Kalau kamu balik lagi ke dia, aku ngga punya siapa-siapa lagi. Aku udah cukup kehilangan orangtuaku tiga tahun lalu, kamu ngga tau aku sehancur apa saat itu. Kalau aku juga harus kehilangan kamu karena Anin, aku ngga yakin aku bisa bertahan hidup.”
Dia kembali menutup mulut rapat-rapat. Karena lagi-lagi, Karinina membuatnya harus menjadi sosok Jeandra yang jahat bagi Anindia.