Trust Issue
Anindia melanggar janjinya hari ini. Dia harusnya belum berjaga di rumah sakit dan mengambil shift pagi, kalau Papa tahu, beliau mungkin akan mengomel. Tapi Anin bosan, berada di rumah seharian membuatnya jenuh setengah mati. Ditambah lagi, pesan dari Jean yang memintanya untuk berhenti bekerja sementara waktu menggoyang egonya. Anin tidak tahu maksud dan tujuan Jean, tapi permintaan itu terdengar tidak masuk akal dan membuatnya dianggap lemah entah untuk alasan apa.
Maka pagi ini, Anin bergegas ke rumah sakit tanpa memberitahu siapa-siapa, termasuk satpam penjaga gerbang rumahnya. Dia hanya bilang akan keluar mencari makan, jas putih kebanggaannya sengaja dia lepas terlebih dahulu dan diletakkan di kursi belakang.
Kakinya melangkah memasuki lobi rumah sakit tanpa memikirkan apapun, kepalanya sudah terlampau penuh sejak seminggu yang lalu dia putuskan untuk keluar dari rumahnya dan Jean. Benang-benang kusut bergumpal di kepala, Anin bahkan tidak sanggup mencerna satu persatu masalah yang menumpang tempat di sana dan berakhir membiarkan semua itu menjadi penghuni permanen.
Bahkan, waktu ada seseorang yang menepuk bahunya pelan, Anin tidak memberi respon. Matanya tak memberi tatapan berarti, hanya terarah ke depan tanpa arah.
“Bu Dokter.”
Itu suara Hema, lelaki itu sudah tiga kali memanggil nama Anin dan belum mendapat jawaban sama sekali. Sampai akhirnya, panggilan keempat membuahkan hasil, Anin tersentak menemukan Hema berdiri tepat di belakangnya.
“Hema?”
Hema mengeluarkan cengiran polos, lelaki itu kemudian mengangkat dua box makanan yang dijinjingnya sedari tadi, memamerkan pada Anin yang masih memasang wajah bingung.
“Lo udah sarapan belum?” tanya Hema.
Anin menggeleng. “Nah, pas banget. Ayo ke ruangan lo dulu, gue bawain makanan banyak banget.”
Hema berjalan mendahului Anin, melangkah menuju ruangan yang berada di ujung koridor sebelah kiri milik Anin yang letaknya sudah dia hafal di luar kepala. Anin masih berada dalam pikirannya sendiri, walau detik berikutnya dia mengikuti langkah Hema dalam keadaan kepala yang masih penuh soal Jean.